Kebesaran
suatu kaum dapat di ukur dari kontribusi yang di sumbangkan oleh kaum
tersebut terhadap peradaban. Apa yang telah disumbangkan oleh Orang
Buton sebagai suatu kaum terhadap peradaban?
Kebudayan Buton adalah
kebudayaan yang tertua dan terkaya di Jazirah Tenggata Pulau Sulawesi.
Kekayaan dan keontentikan kebudayaan ini masih dapat di lihat dari
banyaknya peninggalan budaya dari masa lampau yang masih utuh dan tetap
terpelihara baik dalam bentuk bangunan, adat istiadat dalam perilaku
masyarakat maupun dalam bentuk karya seni.
Sebagai suatu masyarakat Buton mulai tercatat dalam dalam literatur sejak abad-13. Dalam buku Negarakertagama tulisan Mpu Prapanca tahun 1365 terungkap nama Butun-Banggawi sebagai
suatu tempat yang termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada
masa itu kiranya di kawasan ini telah berdiri suatu masyarakat kerajaan
dengan susunan sosial politik yang relatif teratur. Selain nama Buton
tidak terlepas pula nama Wolio untuk menyebut masyarakat kerajaan ini.
Dalam Hikayat Sipanjonga disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Buton adalah Mia Patamiana yang
secara harfiah dapat diartikan sebagai “orang yang empat”. keampat
orang ini yang terdiri dari Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan
Sijawangkati berasal dari Johor Semenanjung Malaya. Mereka mendarat di
daratan Buton dalam dua rombongan. rombongan Sipanjongan dan Simalui
mendarat di Kalampa sedangkan rombongan Sitamanajo dan Sijawangkati
mendarat di Walalogusi. mereka kemudian membangun pemukiman di tepi
pantai tempat mereka mendarat. Selanjutnya mereka kemudian bergabung
membangun pemukiman baru. Dalam membangun pemukiman baru tersebut mereka
membuka hutan dan menebangi kayu yang dalam bahasa setempat di sebut Welia. Dari kata Welia inilah konon muncul nama Wolio.
Dalam kisah lain disebutkan
adanya kelompok masyarakat yang hidup di daerah pedalaman Pulau Buton.
Mereka dipimpin oleh Dungkucangia yang dikisahkan sebagai seorang
Komandan tentara Kubilai Khan yang diperintahkan untuk menghancurkan
Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosasi. Dalam sejarah tercatat bahwa
misi yang dijalankan oleh pasukan tentara Kubilai Khan tersebut kemudian
digagalkan, dihancurkan dan cerai beraikan oleh Raden Wijaya yang
selanjutnya mendirikan Kerajaan Majapahit. Dungkucangia ini dikisahkan
sebagai bagian dari Tentara Kubilai Khan yang tercerai berai tadi yang
tidak kembali lagi kenegerinya yang kemudian mendarat di Pulau Buton dan
memimpin Kerajaan Tobe-Tobe. Oleh karena suatu perbedaaan kepentingan
Sijawangkati dan Dungkucangia terlibat dan perselisihan yang harus
diselesaikan melalui adu kesaktian dalam suatu pertarungan. tidak ada
yang menang dan kalah dalam pertarungan tersebut sehingga mereka
kemudian bersepakat untuk membangun kehidupan dalam suatu ikatan
persaudaraan. Sebagai wujud ikatan persaudaraan tersebut Dungkucangia
kemudian memasukkan Kerajaan Tobe-Tobe yang dipimpinnya dalam wilayah
Kerajaan Buton.
Adapun kisah terjadinya Buton dalam versi Islam adalah ketika seorang musafir arab di
perintahkan oleh Rasulullah SAW untuk berlayar ke timur menuju ke
sebuah pulau yang sudah lama merindukan kedatangan Islam. Setibanya di
Bulau tersebut, Musafir menaruh jubahnya di suatu tempat sehingga jubah
tersebut menjadi perhatian penduduk setempat. mereke ingin mengetahui
siapa pemilik jubah tersebut. Sementara itu bertengger 7 ekor burung di
pohon dekat jubah, sambil menyuarakan bergantian ” butuni-butuni-butuni” maka bersujudlah orang-orang di sana begitu melihat ternyata musafir tersebut adalah seorang Waliyyullah. dari kata Waliyullah tersebutlah kemudian di sebut Wolio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar